Minggu, 09 Agustus 2009

a paper by pongky (hafi)

gue hafi tp biasa d panggil ank" pongky, klo mw tau cerita ny ad d postingan yg sbelum ny ko ttg cuex crew hehehe,
gue cma org biasa yg ga tau ap ap tentang sastra, kuliah gue aj informatika jauh dr yg namany bkin puisi or cerpen cerpen gtu lah, beda sama tmen gue bayu, yg ud jago mengenai bkin bkin bgituan dh,hehehe
tp d sini gue cma nyoba aj bkin cerpen,sedikit curhat sih,hahaha, ya mudah mudahan kalian suka, hehe, leave your comment ya, thanks
and here it is


aku hanya lah selembar kertas yang sangat beruntung dapat ditulisi oleh seorang penulis yang terkenal akan puisi-puisi indah nya
aku sangat bahagia dapat menjadi bagian dari kehidupan dia sang penulis
hari-hari ku penuh dengan diri nya yang menulis sebuah karya puisi yang sangat indah

aku senang,kupikir aku bahagia

sedih, bahagia, suka, mapun duka dia curahkan semuanya pada ku
aku senang membuat dia tertawa, tapi sering kali dia pun menangis dihadapanku
aku mencoba membuatnya nyaman dengan semampuku
membuat agar dia dapat tersenyum kembali

1/4 puisi telah ia buat di atas ku, dengan setiap komponen yang berpadu seakan dapat membuat seluruh dunia terpukau akan makna nya
menurutku tulisan nya sangat lah memukau
tp aku masih tak mengerti, mengapa tak ada orang lain yang melihatku bertulis kan puisi nya?, atau hanya sekedar membaca tulisan nya tanpa melihatku pun tak ada, aku sungguh tak mengerti, apakah serahasia itu tulisan nya yang tertera d badan ku ini?,
sangat lah berbeda dengan kertas yang ada d samping ku itu, entah mengapa kertas itu sangatlah ia bangga-bangga kan, ia sangat kagumi,sampai-sampai setiap orang yang datang berkunjung pasti akan ia perlihatkan kertas itu

dalam lubuk hati ku, aku iri

tapi yang aku tahu, saat dia menulis kertas itu, ekspresi wajah nya sering kali menaruh kecewa, terkadang menangis sampai terisak-isak
aku sangat kasihan pada nya, tak sepatutnya penulis terkenal dan sehebat dia d buat menangis seperti itu, aku tak mau itu terjadi
saat dia menangis karena kertas itu, tak jarang ia berkunjung kepada ku dengan senang hati kuhibur dia, walaupun aku tau,aku hanya dapat membuatnya tersenyum kembali

tapi aku masih tak mengerti......

aku tau, aku hanyalah selembar kertas yang tak tau arti dunia, tak pandai membaca pikiran seorang penulis yang sangat di hargai di berbagai belahan dunia, aku terlalu bodoh, aku sadar akan hal itu
aku hanya berharap dia bahagia dan nyaman akan aku yang ada untuk dirinya, karena aku sayang dia

memasuki 1/2 puisi, aku makin tak mengerti, dia mulai menjauhi ku,ah mungkin dia sibuk dengan urusan dunia nya,pikir ku
aku tak terlalu mempermasalahkan nya,kadang dia masih bercerita kepadaku, tapi kali ini cerita nya agak berbeda, seolah olah dia bosan terhadapku,dan mulai menjauh lagi,pikir ku ini hanya untuk sementara, tapi waktu terus berjalan, dan dia malah makin meng acuh kan ku

aku mulai bertanya mengapa ia meng acuhkan ku?, aku mulai berpikir keras, sangat keras
akhirnya aku sadar, aku hanyalah selembar kertas yang kumal,kusam tak ada kesempurnaan sedikit pun yang ada pada diriku, berbeda dengan kertas-kertas yang lain, mereka sungguh putih bersih hampir mendekati kertas yang sempurna
aku bertanya dalam lubuk hati ku, mana ada penulis yang tidak mendambakan kertas yang sempurna?,
aku kembali berpikir bahwa diri ku sungguh sangat tidak pantas di tulisi oleh penulis sehebat dia, melihat diriku yang tidak mempunyai kelebihan ini, tapi apa bole buat, ini lah diriku, mau berbuat apa pun aku tak akan pernah bisa berubah, itu lah hidup menjadi selmbar kertas

pada suatu waktu, dia mendatangi ku, aku pun sangat senang,mungkin dia ingin melanjutkan puisi nya yang tertunda, tapi pikiran ku salah, dia hanya melihat ku, membaca hasil puisi nya,dan lalu meremas ku dan dia buang ke tempat sampah di samping meja nya,aku hanya terdiam, tak dapat berbuat apa apa, ya memang inilah tempat ku seharusnya, di tempat sampah samping meja nya,
aku bisa terima itu asal kan masih bisa melihat dia menulis karya karya yang indah, aku senang, dan lagi pula hanya itu yang bisa ku perbuat sekarang,

tertawa, menangis, tersenyum, serius, hanya bisa kulihat dia dari tempat sampah ini

tiba dimana aku sangat rindu dia yang dahulu,yang selalu menulis diriku, yang tertawa karena ku, tersenyum karena nyamannya diriku, atau pun mencurah kan segala penat kehidupan diri nya

pikir ku, aku harus mencoba membuat nya mau menulisi ku lagi,walaupun aku tau segala keterbatasan yang kumiliki, kucoba teriak dari tempat sampah ini,ya mungkin itu awal yang bisa kuperbuat sekarang,

tetapi itu berhasil, suatu kala ia mengambil lagi aku yang sudah kusut ini dari tempat sampah samping meja nya, aku sangat senang, tak terbayangkan

tetapi aku hanya lah selembar kertas kumal, yang tak mempunyai kelebihan apapun, mungkin dia mulai menyadari hal itu, dia menyadari bahwa masih banyak kertas kertas yang jauh lebih baik dan mendekati sempurna yang ada d dunia ini untuk dia tulisi, dari pada menulisi aku yang tak ad bagus nya ini, hanya membuang energi

pada akhirnya aku kembali ia remas, mungkin kali ini agak berbeda karena ia menambahkan dengan membanting diri ku lalu ia injak -injak dan tak lupa juga ia robek-robek diriku hingga menyisakan potongan potongan kecil
aku sungguh sedih, aku tak bisa berbuat apa apa, aku hanya ingin dia bahagia tapi mengapa dia membuang ku?, merobek-robek diriku?, aku hancur sekarang, tak ada energi lagi, yang tersisa hanyalah sedih, dan kenangan masa lalu bersama nya

sisa tubuhku di pungut oleh dia dan dibuang ke tempat sampah yang paling jauh dari meja dimana dia sering berada,
sekarang aku hanya bisa melihat dia d ujung dunia sana, dengan tubuh yang hancur berkeping keping,
aku lihat dia sungguh bahagia dengan kertas kertas yang bagus bagus itu, aku senang melihat nya bahagia dari sini, walaupun bukan karena ku dia dia tertawa, bukan karena ku juga dia tersenyum, dan bukan pada diriku juga dia mencurahkan isi hati nya,tapi aku hanya senang melihat nya bahagia

mungkin waktu ku sudah habis sekarang, aku hanya tinggal menunggu waktu kapan aku akan d bawa oleh truk sampah, mungkin aku akan di daur ulang, dan entah apa jadi ku nanti, akan kah aku bertemu sang penulis itu lagi?, hanya Tuhan yang tau

aku hanya berbisik " terimakasih telah memberi kesempatan diriku untuk dapat kau tulisi dengan puisi yang indah ini, walaupun tak kunjung usai, dan tak ada orang lain yang tau akan keberadaan puisi ini selain kau dan aku,tapi terima kasih banyak, aku sangat senang berada d samping mu walaupun hanya dalam waktu yang singkat"

truk sampah pun datang, dan aku pergi


thanks for everything
and thanks too for make me regret all of things

end of story.